Senin, 07 November 2011

dasar-dasar antena

BAB III
DASAR ANTENA

            Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari udara ke media kabel.
Antena harus mempunyai sifat yang sesuai (match) antara media kabel dan sumber daya, dalam artian bahwa impedansi sumber daya sama dengan impedansi media kabel dan sama dengan impedansi antenna.
            Antena yang bekerja pada band VLF, LF, HF, VHF dan UHF , umumnya berjenis antena kawat (wire antenna), dalam prakteknya sering digunakan seperti antena dipole 1/2l, antena monopole dengan ground plane, antena loop, antena Yagi-Uda array, antena log periodik dan sebagainya. Antena-antena jenis ini, dimensi fisiknya disesuaikan dengan panjang gelombang dari system tersebut bekerja. Semakin tinggi frekuensi kerja, maka semakin pendek panjang gelombangnya, sehingga semakin pendek ukuran fisik suatu antena.
            Untuk antena gelombang mikro (microwave), terutama SHF ke atas, penggunaan antena luasan (aperture antena) seperti antena horn, antena parabola, akan lebih efektif dibanding dengan antena kawat pada umumnya. Karena antena yang demikian mempunyai sifat pengarahan yang baik untuk memancarkan gelombang elektromagnetik..
RUJUKAN/ reference  untuk mengukur atau membandingkan kinerja sebuah antena adalah antenna isothropic atau antena dipole:
Antena Isothropic tidak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, karena antena ini dianggap/ diandaikan bisa memancar merata ke semua arah (ke atas-bawah, depan-belakang, kiri-kanan) ini hanya ada secara HIPOTETIS atau imajiner saja. Gain antenna isothropic = 1.5 dB
Antena Dipole pada ketinggian free space (setidaknya 1/2λ dari permukaan tanah) arah pancarannya ke depan dan belakang (bi directional), sehingga dibandingkan dengan antenna Isothropic (yang pancarannya merata kesemua arah) - untuk pancaran ke arah depan (dan belakang) Dipole akan menunjukkan Gain (kelebihan) tertentu. Karena yang dirujuk adalah arah pancaran (Directivity) ke depan (Forward) maka biasa disebutkan bahwa Antena Dipole mempunyai Forward Gain sebesar x (sekian) dB terhadap  antena Isothropic. hasil penelitian dan hitung-hitungan menghasilkan angka x = 2.1 dB (atau = angka penguatan sekitar 1,7x).
            Gain Antena DIPOLE 1/2λ = 2.1 dBi (huruf i merujuk kepada antena Isothropic) Karena antena Isothropic susah dibayangkan keberadaan/ eksistensi-nya, dalam praktek sehari-hari orang lebih suka membandingkan kinerja Antena (apapun) dengan kinerja sebuah Dipole, sehingga lantas lebih umum dipakai istilah dBd, dimana huruf d merujuk kepada dipole. Dari pernyataan tersebut lantas dikembangkan kaidah dasar untuk menghitung Gain berjenis antena terhadap antenna rujukan (bisa Isotropis, bisa Dipole) misal:
  1. Kalau ANTENA ISOTROPIS sebagai rujukan, sebuah Antena Isotropis  mempunyai Gain 0 dbi, atau ratio penguatan 1 x terhadap antena rujukan.
  2. Antena Dipole 1/2λ mempunyai Gain 2.1 dBi. Kalau dipakai ANTENA DIPOLE sebagai rujukan, maka Antena Dipole itu mempunyai Gain 0 dBd, atau ratio penguatan 1 x terhadap antena rujukan.
  3. Antena VERTIKAL atau GROUND PLANE 1/4λ, mempunyai Gain 0.3 dBi; Antena 5/8λ mempunyai Gain = 3.3 dBi, atau (= 3.3 - 2.1) = 1.2 dBd
  4. Antena LOOP 1λ mempunyai Gain 4.1 dBi atau (= 4.1 - 2.1) = 2 dBd

3.1  Karakteristik Antena
Ada beberapa karekteristik yang harus diperhatikan dalam memilih sebuah antenna adalah :
-         bentuk dan arah radiasi yang diinginkan
-         polarisasi yang dimiliki
-         frekuensi kerja,
-         lebar band (bandwidth), dan
-         impedansi input yang dimiliki

Seperti yang dijelaskan pada gambar berikut ini adalah Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena adalah pernyataan grafis yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena pada medan jauh sebagai fungsi arah. Pola radiasi dapat disebut sebagai pola medan (field pattern) apabila yang digambarkan adalah kuat medan dan disebut pola daya (power pattern) apabila yang digambarkan poynting vektor.

Side Lobe Level

            Pola daya antena digambarkan dengan koordinat polar , terdapat Lobe utama (main lobe/ major lobe) adalah lobe yang mempunyai arah dengan pola radiasi maksimum (daerah pancaran terbesar).  Biasanya juga ada lobe-lobe yang lebih kecil dibandingkan dengan main lobe yang disebut dengan minor lobe/ Lobe sisi (side lobe) adalah daerah pancar samping. Ada juga Back lobe adalah lobe belakang =  daerah pancar belakang

Half Power Beam Width (HPBW)
            HPBW adalah sudut  selisih dari titik-titik pada setengah pola daya dalam main lobe,        yang dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

                                    HPBW            = | Ө HPBW left  + Ө  HPBW right |               
           
 Ө  HPBW left  dan Ө  HPBW right     adalah titik-titik pada kiri dan kanan dari main lobe, yaitu pola daya mempunyai harga ½ . (Beamwidth = lebar berkas = sudut yang dibatasi ½ daya atau 3 dB dari main lobe)


Direktivitas
Seberapa besar antena mampu mengkonsentrasikan energi pada suatu arah yang diinginkan, dibandingkan dengan radiasi pada arah yang lain Karakteristik dari antena tersebut dinamakan direktivitas  (directivity)
            Directive gain merupakan perbandingan dari intensitas radiasi pada suatu arah tertentu dengan intensitas radiasi rata-rata. 

Gain Antena
            Umumnya gain maksimum suatu antena dinyatakan dengan cara membandingkannya dengan antena lain yang dianggap sebagai antena standard (dengan metode pengukuran). Salah satu metode pengukuran power gain maksimum terlihat seperti pada gambar berikut. Sebuah antena sebagai sumber radiasi, dicatu dengan daya tetap oleh transmitter sebesar Pin. Mula-mula antena standard dengan power gain maksimum yang sudah diketahui (Gs) digunakan sebagai antena penerima seperti terlihat pada gambar a. Kedua antena ini kemudian saling diarahkan sedemikian sehingga diperoleh daya output Ps yang maksimum pada antena penerima. Selanjutnya dalam posisi yang sama antena standard diganti dengan antena yang hendak dicari power gain-nya, sebagaimana terlihat pada gambar b. Dalam posisi ini antena penerima diarahkan sedemikian rupa agar diperoleh daya out put Pt yang maksimum. Apabila pada antena standard  sudah diketahui gain maksimumnya, maka dari pengukuran di atas gain maksimum antena yang dicari dapat dihitung dengan :
                                    Gt        =    Gs                                                       
Atau jika dinyatakan dalam decibel adalah :

                        Gt (dB) = Pt (dB) - Ps (dB) + Gs (dB)
                       
 

                                                                                                                           
                                    Pin                                         Gs           Ps
                                                              (a)

                                                                                                                                                   
                                  Pin                                               Gt       Pt
                                   
                                                                (b)
           
Gambar  metode pengukuran gain antena dengan antena standard

3.2  Impedansi  Antena
Impedansi input suatu antena adalah impedansi pada terminalnya. Impedansi input akan dipengaruhi oleh antena-antena lain atau obyek-obyek yang dekat dengannya. Impedansi antena terdiri dari bagain riil dan imajiner, yang dapat dinyatakan dengan :       Zin          = Rin +  j Xin                                                               
 Resistansi input (R­in) menyatakan tahanan disipasi. Daya dapat terdisipasi melalui dua cara, yaitu karena panas pada struktur antena yang berkaitan dengan perangkat keras dan daya yang meninggalkan antena dan tidak kembali (teradiasi). Reaktansi input (Xin) menyatakan daya yang tersimpan pada medan dekat dari antena.
            Untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke penerima, maka impedansi antena haruslah conjugate match (besarnya resistansi dan reaktansi sama tetap berlawanan tanda). Jika hal ini tidak terpenuhi maka akan terjadi pemantulan energi yang dipancarkan atau diterima, sesaui dengan persamaan sebagai berikut :

                        G             =
                                                           
            e-L = tegangan pantul               Zm = impedansi beban
            e+L = tegangan datang             Z1 = impedansi input

 Sedangkan Voltage Standing Wave Ratio (VSWR), dinyatakan sebagai berikut :
                        VSWR  =                                                                      
Dalam prakteknya VSWR harus bernilai lebih  kecil dari 2 (dua).
 3.3  Polarisasi  Antena
Polarisasi antena didefinisikan sebagai arah vektor medan listrik yang diradiasikan oleh antena pada arah propagasi. Jika jalur dari vektor medan listrik maju dan kembali pada suatu garis lurus dikatakan berpolarisasi linierl. Jika vektor medan listik konstan dalam panjang tetapi berputar disekitar jalur lingkaran, dikatakan berpolarisasi lingkaran.
            Untuk memaksimumkan sinyal yang diterima, maka polarisasi antena penerima haruslah sama dengan polarisasi antena pemancar.
            Sebuah antena dapat memancarkan energi dengan polarisasi yang tidak diinginkan, yang disebut polarisasi silang (cross polarized). Polarisasi silang ini menimbulkan side lobe yang mengurangi gain. Pada umumnya karakteristik polarisasi sebuah antena relatif konstan pada main lobe. Tetapi polarisasi beberapa minor lobe berbeda jauh dengan polarisasi main lobe.

 










3.4  Bandwidth Antena
            Pemakaian sebuah antena dalam sistem pemacar atau penerima selalu dibatasi oleh daerah frekuensi kerjanya.. Daerah frekuensi kerja antenna yang masih dapat bekerja dengan baik dinamakan bandwidth antenna. Suatu misal sebuah antena bekerja pada frekuensi tengah sebesar fC, namun ia juga masih dapat bekerja dengan baik pada frekuensi f1 (di bawah fC) sampai dengan f2 ( di atas fC), maka lebar bandwidth dari antena tersebut adalah (f1 – f2).
Gambar Contoh bentuk antenna

Antena Grid                                         

Electrical Specifications
  Frequency
2400-2500 MHz
 Gain
24 dBi
-3 dBi Beam Width
8 degrees
Front to Back Ratio
24 dB
Sidelobe
-20dB Max
Impedance
50 Ohm
Max. Input Power
50 Watts
VSWR
< 1.5:1 avg.
Lightning Protection
DC Short


Mechanical Specifications



Weight
8 lbs. (3.62 kg)
Grid Dimensions
100 cm x 60 cm
Mounting
 31.8 - 50.8 mm
Elevation Angle
0 to +10 degrees
 Operating Temperature
-40° C to to 85° C








Jumat, 04 November 2011

POWER SUPPLY UNIT ( PSU )

POWER SUPPLY UNIT  ( PSU )


ImagePada dasarnya power supply termasuk dari bagian power conversion. Power conversion sendiri terdiri dari tiga macam: AC/DC
Power Supply,DC/DC Converter,dan DC/AC Inverter. Power supply untuk PC sering juga disebut sebagai PSU (power supply unit).
PSU termasuk power conversion AC/DC, Fungsi utamanya mengubah listrik arus bolak-balik (AC) yang tersedia dari aliran listrik (di Indonesia, PLN).
Menjadi arus listrik searah (DC) yang dibutuhkan oleh komponen pada PC.
 Power supply diharapkan dapat melakukan fungsi-fungsi berikut ini:

Rectification: konversi input listrik AC menjadi DC.

Voltage Transformation: memberikan keluaran tegangan/voltage DC yang sesuai dengan yang dibutuhkan.

Filtering: menghasilkan arus listrik DC yang lebih bersih‌, bebas dari ripple ataupun noise listrik yang lain.
Regulation: mengendalikan tegangan keluaran agar tetap terjaga, tergantung pada tingkatan yang dinginkan, beban daya, dan perubahan kenaikan temperatur kerja juga toleransi perubahan tegangan daya input.
Isolation: memisahkan secara elektrik output yang dihasilkan dari sumber input.
Protection: mencegah lonjakan tegangan listrik (jika terjadi), sehingga tidak terjadi pada output, biasanya dengan tersedianya sekering untuk auto shutdown jika hal ini terjadi.
Idealnya, sebuah power supply dapat menghasilkan output yang bersih, dengan tegangan output yang konstan terjaga dengan tingkat toleransi dari tegangan input, beban daya, juga suhu kerja, dengan tingkat konversi efisiensi 100%.

Konversi AC ke DC
            Untuk konversi dari listrik AC ke DC, ada dua metode yang mungkin digunakan. Pertama dengan linear power suply. Ini adalah rangkaian AC ke DC yang sangat sederhana.
            Setelah listrik AC dari line input di-step-down oleh transformer, kemudian di jadikan DC secara sederhana dengan rangkaian empat diode penyearah. Komponen tambahan lain adalah kapasitor untuk meratakan tegangan. Tambahan komponen yang mungkin disertakan adalah linear regulation, yang bertugas menjaga tegangan sesuai yang dinginkan, meski daya output yang dibutuhkan bertambah.
            Linear power supply dapat Anda temukan pada DC power adapter sederhana. Ia memungkinkan untuk diproduksi dengan ongkos yang minimum. Kelemahan utamanya pada tingkat power conversion dengan efisiensi yang rendah. Berikutnya adalah dibutuhkanya ukuran transformer yang besar, untuk daya ampere yang besar. Tingkat efsiensi konversi yang rendah (sekitar 50%), juga menyebabkannya mengeluarkan panas yang besar saat beroperasi.

Switching Power Supply
ImagePower suply untuk PC membutuhkan daya besar, dengan tingkat panas yang minim dan tegangan yang lebih terjaga. Linear power supply tidak cocok untuk hal ini. Maka digunakan metode switching power suply. Jauh lebih kompleks, tapi menawarkan tingkat efisiensi dan daya lebih besar. Kelebihan utama pada kemampuan mengendalikan tegangan output agar tetap terjaga. Pulse Width Modulation (PWM) adalah sinyal utama yang memberikan perintah, untuk mengendalikan tegangan, sekiranya terjadi perubahan beban pada output. Ia dapat bekerja dalam selang waktu singkat, hanya dalam hitungan micro second.
         Secara sederhana, apa yang terjadi pada power supply adalah sebagai berikut. Input listrik AC 220V via rectifier (diubah ke DC), filter (membersihkan dari noise sumber listrik AC). Dimungkinkan juga ditambah dengan rangkaian PFC (power factor corection). Sejumlah kapasitor berkapasitas besar juga digunakan untuk lebih meratakan tegangan. Rangkaian kapasitor ini juga dihubungkan dengan field-efect transistor (biasanya oleh MOSFET).
        
Metal-oxide semi conductor field-efect transistor (MOSFET) terhubung secara serial dengan sisi input transformer berfungsi sebagai on-of switch. Ia akan mengomunikasikan (fedback) sekiranya terjadi perubahan daya yang dibutuhkan, berupa sinyal PWM. Contohnya adalah sebagai berikut, sewaktu jalur 12V DC membutuhkan arus daya 6A saat PC dengan load normal. Saat bekerja full load, meningkat hingga 8A, ini akan menyebabkan tegangan output power supply turun. Feedback dikirim ke sirkuit PWM dengan adanya perubahan tegangan tersebut, yang akan membuat MOSFET berubah state menjadi on, dan menyampaikan pada sisi input transformer. Hasil akhirnya, dalam waktu singkat, tegangan output akan kembali normal (DC 12V).
        
Switching power supply memiliki frekuensi antara 30 kHz-150 kHz (bahkan lebih tingi lagi). Selang waktu untuk mengembalikan ke tegangan yang dinginkan tidak akan lebih dari 33 micro second. Sedangkan dengan linear power supply, menggunakan frekuensi yang sama dari line AC input (50 Hz untuk Indonesia).

Dengan Upgrade Power Supply, Apakah Menambah Beban Daya dan Tagihan Listrik?
         Banyak penguna PC yang salah kaprah dalam melakukan perkiran perhitungan daya listrik yang digunakan. Khususnya untuk hubungannya dengan power supply. Perlu digaris bawahi di sini adalah power supply tugasnya adalah menyediakan catu daya yang dibutuhkan oleh system. Artinya, jika power supply yang digunakan memiliki supply daya 500W,sedangkan komponen dalam system hanya membutuhkan catuan daya 350W, maka daya yang dibutuhkan power supply hanya 350W (dikalikan power factor).
         Menggunakan power supply dengan kemampuan suplai daya yang lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan daya sangat disarankan. Power suply yang bekerja (jauh) dibawah suplai daya maksimal dapat bekerja lebih maksimal, tanpa harus mengeluarkan panas yang berlebihan. Untuk masalah daya yang dibutuhkan akan sangat berpengaruh dengan power factor.
         Makin rendah power factor, tingkat efisiensi dari power supply juga semakin rendah. Artinya akan butuh makin banyak input daya untuk menghasilkan daya yang sama, dibandingkan power supply yang memiliki power factor yang lebih baik. Karena dalam proses konversi AC ke DC menjadi lebih efektif, dan makin sedikit daya yang terbuang menjadi panas. Menggunakan power supply dengan tingkat efisiensi yang baik, jelas dapat mengurangi pengeluaran.
Berapa Besar Penghematan yang didapat, menggunakan Power Supply dengan Power Factor yang Tinggi?
Sebagian penguna PC masih memikirkan mahalnya harga power supply yang sudah mengunakan PFC. PFC termasuk salah satu variabel yang memastikan sebuah power supply dengan tingkat power factor yang semakin efisien. Selisih antara power suply dengan PFC dan power supply non-PFC memang cukup tinggi. Selisih sekitar US $40, dan akan lebih terasa saat dikonversikan ke mata uang rupiah. Namun jika memperhitungkan penghematan yang didapatkan, sebetulnya hal ini cukup masuk akal.
Untuk lebih jelasnya akan kami ilustrasikan sebagai berikut:
         Power supply A, rated 550W dengan power factor0,74. Artinya untuk dapat menghasilkan daya sebesar 450 W diperlukan daya input 608,10W. Katakanlah power supply B dengan PFC, rated 550 W dengan PFC. Efisisensi power factor 0,82. Untuk menghasilkan daya output sebesar 450W, hanya akan memerlukan daya input 548,78W. Sampai di sini,terlihat hanya perbedan sekitar 60W dan mungkin belum memiliki arti apapun.
         Katakanlah penggunaan harian PC Anda akan beroperasi selama rata-rata 8 jam dalam sehari. Jadi dalam satu tahun power supply A akan membutuhkan daya sebesar 608,10x8x365=1.775.652 Wh atau setara dengan 1.776 kWh. Sedangkan, power supply B hanya akan membutuhkan 548,78 x 8 x 365 = 1.602.437,6 atau dibulatkan menjadi 1.603 kWh.
Dalam setahun, kedua power supply tersebut memiliki selisih daya 173kWh.
        
Sekarang dikonversi kerupiah. Dengan tarif dasar listrik (TDL), katakanlah sekitar Rp 500, maka penghematan 173 kWh berarti penghematan sebesar Rp 86.500. Jika asumsi umur teknis power supply sekitar 5 tahun, tidak kurang selisih penghematan biaya rekening listrik dapat mencapai Rp 400 ribu. Jumlah nominal yang sama untuk mendapatkan power supply dengan PFC. Dengan keuntungan, komponen Anda mendapatkan catuan daya yang lebih baik, panas yang dihasilkan lebih minim dan seterusnya.
Perhitungan ini merupakan perhitungan kasar. Akan berbeda dengan jenis komponen yang digunakan, lama dan intensitas penggunan dan beberapa faktor lain yang tidak dipertimbangkan dicontoh ini.
Power Supply Berapa Watt? Seberapa Pentingkah Hal Ini?
         Beberapa merk power supply memiliki standar yang berbeda untuk menyatakan hal ini. Yang paling penting untuk diperhatikan adalah wattage untuk suhu kerja maksimum. Namun untuk informasi tersebut, sering tidak disampaikan produsenya.
Kebanyakan menyatakan watage untuk suhu ruangan ( ± 25° C ). Ini hanya akan terjadi pada saat power supply baru mulai beroperasi. Ketika sudah beroperasi secara terus menerus, suhu akan meningkat ( ± 40~50° C ). Ini dapat menurunkan kemampuan wattage hingga 33-50 %, tergantung komponen yang digunakanya.
Sebaiknya Anda tidak lagi semata-mata memperhatikan kemampuan watage. Tapi lebih jeli lagi, melihat watage untuk suhu kerja sesuai dalam penggunaan nantinya.

Berat Power Supply
ImageAda pendapat berat dari power supply akan mempengaruhi kualitasnya. Layaknya speaker, dikarenakan kemampuan magnet pada driver yang digunakan. Hal ini tidak tepat diberlakukan untuk power supply pada PC.  Masih masuk akal untuk power supply DC adapter yang lain, dikarenakan masih ada korelasi dengan berat transformer (yang didominasi oleh gulungan tembaga), akhirnya menentukan besar kuat arus yang mampu ditangani.
            Berat power supply memang didominasi transformer. Heatsink untuk mendinginkan utamanya transistor dan beberapa komponen panas yang lain juga mendominasi bagian dalam power supply. Tapi, heatsink terbuat dari bahan alumunium yang sangat ringan.
Sedangkan, yang sangat menentukan kualitas sebuah power supply lebih pada dua variabel ini. Desain dan pilihan penggunan komponen di dalamnya. Keduanya memang secara tidak langsung akan memperngaruhi berat power supply secara keseluruhan. Namun, bukan seperti pernyatan diatas. Desain yang berbeda membuat power supply akan menggunakan jenis dan jumlah komponen yang berbeda. Sebagai contoh transistor. Beratnya tidak akan lebih dari 1 gram, dengan ukuran standar.          
Perbedan adalah pesifikasi dan merk transistor yang digunakan. Ini tentunya akan berpengaruh dengan harga. Transistor yang murah, dapat menjalankan fungsi sebagai (biasanya) switch, namun akan menghasilkan panas yang lebih banyak dibandingkan transistor high-quality. Akibatnya, transistor yang lebih panas membutuhkan pendinginan yang lebih baik agar dapat tetap bekerja dengan normal. Ini juga berlaku untuk diode ataupun IC power, gabungan dari keduanya. Komponen lain seperti kapasitor, resistor tidak akan memerlukan heatsink.
Seperti yang sudah disampaikan, panas juga menjadi masalah tersendiri pada power supply. Produsen tentunya akan selalu mencoba mencari komponen seefisien mungkin untuk mengoptimalkan ongkos produksi. Beberapa produsen mengambil alternatif dengan cara mengunakan komponen yang murah. Efek sampingnya, komponen ini akan lebih mudah panas. Solusinya dengan melepas panas yang dihasilkan secepatnya. Dengan luas penampang heatsink yang bertambah drastis, ataupun aliran udara ekstra. Ingat, ini bukan menghilangkan panas, hanya memindahkan panas secepatnya dari power supply.
Solusi tersebut lebih banyak digunakan, mengingat tambahan heatsink ataupun fan lebih ekonomis. Setidaknya dibandingkan mengunakan komponen yang lebih berkualitas dalam power suply. Tentunya ada beberapa efek samping. Noise fan bertambah untuk mengusir panas. Komponen murah juga memiliki kecenderungan hanya menghasilkan nilai efisiensi yang rendah, karena lebih banyak energi yang akan dilepas dalam bentuk panas.
Jadi ada beberapa petunjuk untuk menilai power supply secara sekilas, meski tidak 100% akurat. Jumlah fan pendingin yang banyak, bukan lagi pertanda bagus. Artinya banyak panas yang dihasilkan dan perlu ditanggulangi dengan fan tersebut. Kabel yang digunakan di dalamnya juga dapat dijadikan acuan. Nomor kabel menentukan luas penampang atau diameter kabel yang digunakan (makin besar nomor, makin tipis/sempit), makin kecil semakin baik. Pada kabel untuk 24 pin power konektor biasanya digunakan kabel 16 AWG, sedangkan kabel lain menggunakan minimal 18 AWG.
            Kualitas konektor di dalam molex juga perlu diperhatikan. Kebanyakan mengunakan bahan besi. Tapi, yang paling baik mengunakan bahan ataupun berlapis emas. Tentu saja gold-plated konektor akan sangat mahal, juga mengingat konektor pada kebanyakan motherboard juga masih berbahan metal, ini tidak akan memberikan peningkatan yang berarti.

Macam-macam  konektor pada PSU

Konektor untuk Mainboard ada 2 jenis jaitu 20 pin dan 24 pin.
Di bawah ini contoh untuk jenis mainboard dengan 20 pin


Yang ini untuk jenis mainboard dengan 24 pin











Konektor Untuk HDD, CDROM, FAN


Kabel  warna kuning   ( + 12 Volt )
Kabel  warna Hitam    ( Ground )
Kabel  warna Hitam    ( Ground )
Kabel  warna merah    ( +   5 Volt )

Konektor untuk Floppydisk, LS120, Zipdrives


Kabel  warna kuning   ( + 12 Volt )
Kabel  warna Hitam    ( Ground )
Kabel  warna Hitam    ( Ground )
Kabel  warna merah    ( +   5 Volt )








Konektor untuk HDD SATA


Kabel  warna Orange  ( +   3.3  Volt )
Kabel  warna Hitam    ( Ground )
Kabel  warna merah    ( +   5 Volt )
Kabel  warna Hitam    ( Ground )
Kabel  warna kuning   ( + 12 Volt )




























Fungsi-Fungsi Kabel Power Supply


Jenis Power Supply

Secara fisik jenis power supply terdiri atas 2 bagian, yaitu:
·                     Power Supply AT → Konektor yang terdiri dari 12 pin
·                     Power Supply ATX → Konektor yang terdiri dari 20 pin
Perbedaan diantara ke- 2 jenis power supply ini adalah power supply ATX status on dan offnya diatur oleh melalui motherboard serta oleh operating system.Dimana apabila operating system pada PC di shut downmaka power supply secara otomatis akan non aktif ( off ).Sedangkan PC yang menggunakan power supply AT status on atau offnya diatur melalui saklar yang pada salah satu kabel pada power supply tersebut.Dan apabila operating system dishut down maka power supply tidak akan off secara otomatis.

Warna Kabel Pada Power Supply

Power Supply adalah sebuah perangkat yang ada di dalam CPU yang berfungsi untuk menyalurkan arus listrik ke berbagai peralatan computer. Perangkat ini memiliki 5 connector atau lebih, yang dapat disambungkan keberbagai peralatan seperti :
• Motherboard
• Harddisk
• Floppy Disk Drive
• CD – ROM




Kebanyakan power supply tidak lagi menggunakan konektor AT ( 12 pin ) namun telah menerapkan konektor ATX ( 20 pin / 24 pin )
Warna kabel powersupply dibuat berwarna-warni untuk menunjukkan besarnya tegangan


PIN
VOLTASE (V)
WARNA STANDARD
1
+3,3
Orange
2
+3,3
Orange
3
Ground
Hitam
4
+5
Merah
5
Ground
Hitam
6
+5
Merah
7
Ground
Hitam
8
+5
Abu-Abu
9
+5
Ungu
10
+12
Kuning
11
+3,3
Orange
12
-12
Biru
13
Ground
Hitam
14
PS on
Hijau
15
Ground
Hitam
16
Ground
Hitam
17
Ground
Hitam
18
-5
Putih
19
+5
Merah
20
+5
Merah